KAIN TENUN LURIK PEDAN
Kain lurik dengan motif garis-garis vertikal memanjang merupakan salah satu
nama besar yang lahir dari salah satu kecamatan di sudut Kabupaten Klaten yang
bernama Pedan. Dulu menurut cerita, lurik menjadi salah satu primadona.
Industri Lurik Pedan pernah sangat berjaya kala itu, sekitar tahun 1950an
hingga akhirnya terpuruk karena serbuan kain-kain dengan warna memikat serta
murah. Setelah beberapa masa terpuruk, kini lurik mulai menggeliat. Program
Lurikisasi yang diusung Pemkab Klaten dengan mengeluarkan kebijakan agar
karyawan Pemkab Klaten mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis
tentu saja bukan hanya bisa mengangkat kembali nama lurik, tapi juga potensi
ekonomi lokal.
Kain Lurik Pedan dibuat dengan menggunakan bahan benang katun yang ditenun
dengan alat tenun tradisional (ATBM). Sedangkan untuk proses pewarnaan dimulai
dari benangnya, sehingga setelah benang ditenun sempurna maka warna kain depan
dan belakang adalah sama. Corak-corak dari lurik sendiri cenderung vertikal
memanjang. Namun corak tersebut tidak hanya monoton begitu saja.
Proses Pembuatan Kain Lurik Pedan
Sebelum ditenun, benang dicuci berkali-kali, lalu dipukul-pukul hingga
lunak (dikemplong), setelah itu dijemur, lalu dibaluri nasi dengan menggunakan
kuas yang terbuat dari sabut kelapa. Setelah bahan atau benang ini kaku,
kemudian diberi warna. Setelah itu dijemur kembali dan benang siap untuk
ditenun. Dahulu, alat yang digunakan untuk menenun dikenal dua macam alat,
yaitu alat tenun bendho dan alat tenun gendong.
Adapun alat tenun bendho terbuat dari bambu atau batang kayu, biasanya
digunakan untuk membuat stagen. Stagen yaitu ikat pinggang dari tenunan benang
yang sangat panjang dan digunakan untuk pengikat kain (jarik) oleh para wanita
Jawa. Alat tenun ini digunakan dengan posisi berdiri.
Namanya alat tenun bendho sebab alat yang digunakan untuk merapatkan benang
pakan berbentuk bendho (golok), sedangkan alat tenun gendong digunakan untuk
membuat bahan pakaian, selendang lebar, maupun jarik (kain panjang), disebut
demikian karena salah satu bagiannya diletakkan di belakang pinggang, sehingga
tampak seperti digendong. Dalam proses pembuatan kainnya, penenun dalam posisi
duduk memangku alat tenun tersebut.
Akhir-akhir ini banyak desain-desain menarik yang coba dikembangkan oleh
para pengrajin dengan desain motif yang tidak selalu berbentuk vertikal lurus
dan memanjang namun ada kreasi lain yang membuat kain lurik ini kian menarik.
Salah satu pengembangan dari kain lurik adalah mengkobinasikan batik dengan
kain lurik tersebut, sehingga terciptalah Lurik Batik yang unik sekaligus
memikat. Dan, inilah hasilnya.
0 komentar:
Posting Komentar