BATIK BAYAT


BATIK BAYAT

Batik Bayat sudah ada sejak abad ke 17, Tembayat atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bayat,
sudah  merupakan daerah penghasil batik, mulai dari batik halus maupun batik sederhana dengan
proses pewarnaan yang dikenal dengan proses kelengan yaitu proses warna yang hanya sekali
celup. Sebagian besar hasil kerajinan ini dikirim ke Solo, yang merupakan pusat penjualan batik waktu
itu (hingga sekarang).Warna dan motif batik yang dibuat, secara umum mengikuti selera pasar yang
berkembang di Solo, salah satu sebab mengapa sampai sekarang Bayat kurang dikenal oleh
masyarakat luar Solo dan sulit untuk menggali motif mana yang merupakan motif khas Bayat.

Batik Bayat pernah mengalami masa keemasan pada tahun 1960-an dan mengalami kemerosotan
pada tahun 197-an setelah mulai digunakannya teknik printing atau sablon yang dapat memproduksi
lebih cepat dan murah. Desa penghasil batik seperti Beluk dan Paseban yang sangat terkenal
dengan batik halusnya perlahan namun pasti mulai kehilangan para pengrajin batiknya yang lebih
suka hijrah ke kota besar seperti Kota Jogjakarta dan Jakarta atau alih profesi, antara lain menjadi
buruh bangunan, petani atau berdagang.

Pada tahun 1980-an batik Bayat mulai menggeliat bangkit dan dimulai dari Desa Jarum. Berawal
dari para pemuda yang bekerja di galery galery lukisan batik di Jogja. Melihat tingginya permintaan
lukisan batik dan kurangnya pasokan, mendorong para pemuda  untuk pulang kembali dan mulai
memproduksi sendiri lukisan batik yang kemudian mereka jual ke Jogjakarta. Sebuah perubahan
yang dahsyat dari pegawai menjadi produsen. Maka tidaklah mengherankan jika motif batik yang
dihasilkan oleh daerah jarum bermotif modern, bebas dengan warna warnanya yang cerah.

Batik Bayat mempunyai filosofi yang tetap berpegang pada tatanan kehidupan orang jawa,
sehingga ini menjadi filosofi di setiap helai batiknya. Batik yang dihasilkan di Bayat ini mulai dari
batik halus maupun batik sederhana dengan proses pewarnaan yang dikenal dengan proses
kelengan yaitu proses warna yang hanya sekali celup.Batik-batik yang ada di Kecamatan Bayat ini
pemasarannya bukan hanya di Kabupaten Klaten saja, melainkan hingga ke luar kota seperti
Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Jakarta hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand, dan
India, namun sebagian hasil batik ini dikirim ke Surakarta. Sejak berdirinya Keraton Surakarta
melalui perjanjian Giyanti (1755) banyak batik-batik yang digunakan oleh kerabat Keraton Surakarta
dibuat di Bayat Klaten, dengan demikian keterkaitan batik Klaten dengan batik Solo merupakan
keterkaitan yang sudah terjadi sejak masa lampau.

Corak khas batik Bayat terdapat pada coklat sogan dan tanahannya ukel dan grinsing yang menyatu.
Sedangkan motif-motifnya mengambil dari motif klasik batik Solo (sido, semen, dan sebagainya).
Kolaborasi corak-corak tersebut muncul akibat interaksi yang sudah cukup lama antara Klaten
dengan Surakarta. Warna dan motif batik yang dibuat umumnya mengikuti selera pasar yang
berkembang di Solo, salah satu sebab mengapa sampai sekarang Bayat kurang dikenal oleh
masyarakat luar Solo dan sulit untuk menggali motif mana yang merupakan motif khas Bayat.

ALAMAT
KECAMATAN BAYAT, KABBUPATEN KLATEN






0 komentar:

Posting Komentar