GERABAH BAYAT

GERABAH BAYAT

Gerabah pada umumnya memiliki bentuk yang sederhana. Namun di balik penampilannya yang
sederhana, ada sesuatu yang tidak biasa pada jenis gerabah khas Klaten. Gerabah Bayat, gerabah
yang berasal dari dusun Pager Jurang Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini dikenal akan teknik
pembuatannya yang unik. Bayat sendiri merupakan nama kecamatan di Klaten yang terkenal sebagai
pusat pembuatan gerabah.

Konon gerabah Bayat telah berusia kurang lebih 600 tahun lalu. Namun pada 2005, menurut penelitian
yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, menemukan fakta
bahwa kemungkinan tradisi pembuatan gerabah Bayat sudah ada sejak zaman prasejarah.

Gerabah yang dibuat di sana kebanyakan dibuat untuk keperluan sehari-hari. Misalnya, mangkok,
gelas, teko air, meja, kursi atau pot tanaman. Gerabah Bayat memiliki kesan yang biasa, namun ada
yang membuatnya unik dan berbeda dari pembuatan gerabah pada umumnya.

Pada umumnya cara untuk membuat gerabah menggunakan meja putar. Masyarakat di daerah Bayat
menyebutnya dengan perbot. Perbot sendiri di sana ada dua jenis, yaitu perbot tegak dan perbot miring.
Perbot tegak merupakan meja putar yang umumnya kita lihat dalam bengkel keramik. Sedangkan
perbot miring merupakan meja putar yang diletakkan dalam posisi miring.Yang membuat unik dari
gerabah Bayat adalah penggunaan perbot miring yang konon hanya ada di Bayat. Lempengan bundar
yang terbuat dari kayu mahoni atau kayu jati dengan diameter 35-40 sentimeter ini memerlukan tali
untuk memutar. Biasanya tali tersebut diikatkan pada sebilah bambu pada kedua sisinya. Kemudian
para pengrajin duduk di dingklik atau bangku kecil untuk memutar lempengan dengan menggerakkan
kaki bagian dalam.

Selain pembuatannya yang unik menggunakan perbot miring, gerabah Bayat ternyata juga memiliki
sejarah yang menarik. Pada zaman dahulu, pengrajin gerabah di Bayat didominasi ibu-ibu. Pakaian
ibu-ibu saat itu masih menggunakan kebaya dan jarik. Jarik merupakan kain batik yang dililitkan
menutup tubuh bagian bawah.Jika sedang membuat gerabah, perbot ini diputar sambil posisi duduk
membuka kaki. Memang bagi para lelaki hal ini tidak menjadi masalah, namun ibu-ibu ini malu jika
harus membuat gerabah dengan cara seperti itu. Oleh karena itulah, perbot miring ini dibuat khusus
untuk mereka.

Perbot dibuat sedemikian rupa supaya bisa diputar dengan posisi duduk miring. Jika dilihat pun meja
putarnya tidak mendatar, tapi miring. Perbot miring sendiri hanya bisa digunakan untuk membuat
gerabah-gerabah yang ukurannya kecil. Apabila gerabah dibuat dalam ukuran yang besar,
dikhawatirkan gerabah bisa jatuh karena posisinya miring.Gerabah Bayat sekarang ini sudah
mengalami banyak perkembangan. Selain gerabah polos, ada juga model gerabah yang diukir dan
dibatik. Ciri yang terlihat pada gerabah Bayat adalah warna kehitam-hitamannya.Pembuatannya yang
tergolong tradisional masih digunakan hingga saat ini. Tak salah kemudian gerabah Bayat memiliki
perbedaan dengan gerabah lainnya. Misalnya, pewarnaan gerabah Bayat yang masih menggunakan
bahan yang alami.

Gerabah dipoles dengan menggunakan pewarna alami dari tanah merah. Tanah yang dipakainya juga
menggunakan tanah liat yang diambil dari sekitar desa dan dipadu dengan bubuk pasir halus. Hal ini
bertujuan untuk menghasilkan gerabah yang kuat dan tidak mudah pecah ketika dibakar.Selain itu alat
untuk mengukir gerabah juga tergolong sederhana. Seperti, pensil, pisau, dan potongan plastik bekas.

Gerabah juga dibakar dalam tungku tradisional hingga berwarna hitam kecoklatan. Proses reduksi ini
sama sekali tidak menggunakan tambahan bahan kimia, sehingga gerabah Bayat aman digunakan
untuk memasak dan tempat sajian makanan.

GERABAH INI DAPAT DITEMUKAN DI KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN.


















0 komentar:

Posting Komentar