SEGO GUDANG
kuliner khas Klaten, yaitu Sego Gudang, atau Gudangan,
merupakan salah satu makanan yang menjadi warisan kuliner Nusantara. Nama ini
mungkin masih asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Sego Gudang memang
tidak setenar sego liwet atau gudeg meski ketiganya dilahirkan di tanah yang
saling berdekatan. Sego Gudang adalah makanan sehari-hari penduduk pedesaan di
beberapa wilayah di Kabupaten Klaten.
Sego gudang diracik dari aneka sayuran yang diiris
halus, beri bumbu parutan kelapa dan ditaburi kedelai goreng yang ditumbuk
kasar. Berbeda dengan uraban dan terancam yang pedas, parutan kelapa untuk sego
gudang didominasi rasa bawang putih dan kencur yang dipercaya menaikkan nafsu
makan.Sego Gudang biasa dijual pagi hari karena masyarakat setempat biasa menjadikannya
bekal untuk dibawa ke sawah atau sebagai sarapan anak-anak sebelum berangkat ke
sekolah. Oleh karena itu di atas jam 8 pagi Sego Gudang sudah sulit dijumpai.
Sepintas Sego Gudang
atau Gudangan mirip dengan uraban, keluban, trancam, atau racikan sejenisnya.
Oleh karena itu penikmat makanan-makanan tersebut mungkin juga akan menyukai
Sego Gudang ini. Meski mirip namun Sego Gudang memiliki keunikannya sendiri. Sayuran
yang digunakan adalah daun pepaya, tauge atau kecambah, kobis, wortel, daun
kemangi dan kacang panjang. Sayuran tersebut hanya direbus setengah matang
sehingga menimbulkan bunyi “krekut-krekut” ketika disantap. Jika keluban,
uraban dan trancam menggunakan sayuran yang diiris kasar, maka dalam racikan
Gudangan sayuran diiris sangat halus. Sayuran tersebut dicampur dengan parutan
kelapa yang telah dimasak menggunakan campuran bumbu yang terdiri dari sedikit
gula merah, sedikit cabai, kencur, garam dan bawang putih. Inilah yang membuat
sego gudang memiliki cita rasa khas karena tidak pedas tetapi didominasi rasa
bawang dan kencur yang bertahan lama di lidah. Bukan hanya itu saja, Sego
Gudang juga ditaburi dengan kedelai goreng yang ditumbuk kasar. Meski terlihat
aneh, namun taburan kedelai goreng ternyata mampu memperkuat kenikmatan rasa
Sego Gudang.
Sego gudang semakin
nikmat disantap jika nasinya masih panas atau hangat. Alas dan bungkus daun
pisang yang digunakan membuat sego gudang semakin menggugah selera. Masyarakat
pedesaan di Klaten biasanya menikmatinya dengan kerupuk karak yang terbuat dari
beras. Kerupuk karak banyak dijumpai di Yogyakarta, Klaten dan Solo. Menikmati
Sego Gudang juga bisa ditemani tempe kemul yang terbuat dari tempe yang belum
sempurna fermentasinya sehingga butiran kedelainya masih jelas.
Meski racikan Sego
Gudang sangat sederhana tapi rasanya sangat Indonesia. Sekali mencicipinya
lidah akan tergoda lagi untuk minta tambah. Harganya pun sangat murah. Sepiring
sego gudang dengan tambahan sebuah tempe kemul dan karak dihargai Rp.
3000. Jika hanya membeli Gudangan saja tanpa nasi, maka sebungkus kecil racikan
sayurannya dihargai Rp. 1000 saja!!.
Meski kental dengan
kearifan lokal setempat, namun Sego Gudang sudah semakin jarang dijumpai.
Dahulu selain untuk sarapan Sego Gudang juga banyak digunakan sebagai pelengkap
beberapa upacara tradisi seperti syukuran kelahiran bayi hingga sadranan. Kini
selain hanya dijual di pagi hari, orang yang merawat warisan kuliner inipun tak
banyak lagi. Hanya beberapa orang tua di desa-desa tertentu di Klaten yang
masih setia menjual Sego Gudang. Merekapun umumnya hanya berjualan di rumah.
Beruntung masih ada masyarakat setempat, meski tidak banyak, yang masih setia
menyantap Sego Gudang sebelum berangkat ke sawah atau menjadikannya sarapan
anak sebelum berangkat sekolah. Semoga mereka bukan pembuat dan penikmat
Sego Gudang terakhir.
0 komentar:
Posting Komentar